MAAFKAN!

Aku memaafkanmu walau aku terluka, sikapmu yang terlalu membuatku tak berdaya. Kau datang tiba-tiba lalu pergi begitu saja meninggalkan berjuta tanda tanya. Kau bilang cukup, cukup untuk luka atau untuk melukai?

Aku memaafkanmu tanpa syarat, tanpa harus ucapkan selamat tinggal. Aku rasa ini cukup, cukup untuk waktu panjang dimana kita saling mengenal dan menyapa lalu aku jatuh cinta.

Jika kau tanya bagaimana rasanya, tentu aku adalah orang yang paling merasa terluka, bukan karna mencintaimu namun karna sikapmu yang tak pernah mau mengerti. Kau hanya terdiam berjuta bahasa bahkan ketika semua ketulusanku kuberi.

Jika kau tanya bagaimana rasanya, tentu tidak menyenangkan, memberikanmu kecupan sebelum kau terlelap dan kecupan selamat pagi. Tidak menyenangkan karna esok tak akan lagi kurasa. Kita terlalu jauh jatuh dalam kemunafikan akan rasa. Kau masih tak bisa ku baca, walau kadang kutangkap adanya cinta.

Dari sekian waktu yang kita lalui bersama, merangkul jemarimu adalah satu yang paling ku kenang. Aku tak akan pernah berusaha melupakan, aku akan menikmati setiap kenangan bersamamu, tentang senyummu, bahagiamu, riang tawamu, bahkan marahmu.

Aku memaafkan setiap luka yang pernah kau beri. Aku pernah jauh lebih terluka dari ini dan aku menikmatinya. Bukan karna aku terlalu baik untuk bisa memaafkan semua sikap salahmu, tapi karna aku memiliki rasa sayang yang jauh lebih besar darinya.

Aku akan biarkan semuanya berjalan seperti adanya, membiarkannya lepas dengan jalannya sendiri. Biarkan luka-luka itu tumbuh sampai iya lelah. Biarkan iya tetap mekar bahkan aku akan selalu menyianginya agar ilalang tak berani menghampiri.

Jika kelak aku kembali pada jalan yang sama dan kau masih berdiri disana, aku akan berikan senyuman termanis yang kupunya untukmu. Saat itu aku sadah jauh lebih baik dari saat kau pergi dan aku sudah memaafkanmu walau kau tak pernah menyatakan maafmu…